Masalah dan Pandangan Negatif terhadap Game

Gaming, salah satu bentuk hiburan yang sudah dikenal semua orang, ternyata memiliki masalah dan persepsi negatif terhadapnya. Bagaimana dengan persepsi negatif terhadap suatu kegiatan yang sebenarnya memiliki banyak manfaat?

Game ini sendiri awalnya muncul di komputer yang terlalu besar untuk dibawa kemana-mana, namun seiring perkembangan zaman yang sudah memasuki era modern, game yang dulunya sulit untuk dibawa kemana-mana kini sudah bisa dimainkan di kantong, yang mana sangat cepat jika mengikuti langkah-langkahnya. pengembangan pengembangan dari. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi ini juga menimbulkan persepsi negatif masyarakat, khususnya di negara kita, Indonesia. Ada banyak alasan untuk pandangan negatif ini, beberapa di antaranya adalah:

1. Kurangnya pemahaman tentang permainan yang sebenarnya

Intinya orang baru tahu kalau game adalah game yang hanya membuang waktu dan tidak berguna, padahal game bisa digunakan lebih dari itu, misalnya dalam bidang pendidikan misalnya produsen game Educa Studio mengeluarkan game dari Salatiga, mereka membuat game bertema pendidikan rata-rata seperti belajar alfabet dan bermain hijaiyah untuk anak-anak. Tidak hanya itu, game ini juga dapat digunakan di bidang militer, seperti menggunakan teknologi VR untuk simulasi perang, kemudian juga dapat digunakan di bidang bedah, seperti game simulasi ahli bedah yang dirilis pada tahun 2013 lalu. Hal ini seharusnya membuka mata masyarakat Indonesia dan memperluas wawasan mereka tentang manfaat dari permainan yang sebenarnya.

2. Kecanduan Game dan Efek Kesehatan Negatif

Kedua, persepsi negatif ini bermula dari berbagai kasus kecanduan game. Tidak tumbuh di lingkungan dengan kebebasan yang berlebihan, menyebabkan kecanduan game dan menyebabkan masalah kesehatan lainnya.

3. Permainan itu sendiri

Oleh karena itu, pada saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa semua game tidak memiliki konten yang positif, ada juga game yang bernuansa kekerasan dan sebagainya. Namun developer game seperti ini pasti memiliki batasan usia pada pelanggannya, jadi sikap orang tua adalah memantau game apa yang dimainkan anaknya dan apakah sesuai dengan usianya.

4. Tidak dapat mencari nafkah

Mungkin beberapa tahun yang lalu orang tidak menyadari bahwa mereka tidak dapat menghidupi keluarganya dengan bermain game, sehingga orang tua tidak ingin anaknya terlalu banyak bermain game, agar tidak mendapatkan pekerjaan yang bagus di kemudian hari. Namun, hal ini berubah ketika orang mulai streaming game secara live di dua kali, youtube, dll. Platform ini membayar banyak uang, dan bahkan beberapa waktu lalu ada laporan orang tua yang meminta anaknya putus sekolah untuk berkonsentrasi bermain game. Memasuki liga-liga besar, tentu ada alasan dari apa yang dilakukan lelaki tua itu. Dan baru-baru ini, e-sport atau e-sport bermunculan seperti jamur, dengan bonus mulai dari ratusan ribu hingga ratusan juta, mereka semua menggunakan game mereka sendiri untuk bersaing memperebutkan kejuaraan, sayangnya sebagian besar game tersebut buatan sendiri. negara asing.

Oke guys, ini dia beberapa faktor penyebab persepsi negatif terhadap game yang mulai semakin memudar disini karena cara pandang mereka yang mulai salah. Sekarang, sebagai orang yang memahami perkembangan game saat ini, tugas kami adalah memberi tahu orang kebanyakan tentang manfaat nyata dari game dan cara mengatasi hal negatif dari memainkannya. Tugas kita adalah membuat game dengan teknologi terkini, membuat game yang tidak hanya untuk bersenang-senang, tapi sekaligus belajar dan menghilangkan pandangan negatif tersebut.


Posted

in

by